Sabtu, 16 Mei 2009

PATUT diwaspadai

Untuk yang suka " apapun makannya minumnya teh botol sosro " semoga
bermanfaat .

Dari dulu kita udah curiga. Teh kaya gitu doang kok bisa jauh lebih
populer dari soft drink impor. Ternyata ini jawabannya.


Waspada, Teh Botol Sosro Racunnya Teh

Marini tidak mengerti kenapa anaknya bertingkah aneh malam itu,
terus-terusan rewel. "Rasanya dia tidak sakit apa-apa." Sudah tiga
dokter yang dia temui, semuanya menunjukkan gejala kecanduan yang akut.
Tapi kecanduan apa, anaknya belum bisa bicara, bagaimana dia bisa cari
tahu?

Sampai akhirnya dia menemukan berita mengenai kandungan berlebihan
hidroxylic acid (atau nama resminya dalam format IUPAC adalah
dihidrogen
monoksida) di dalam Teh Botol Sosro dari internet. Ia langsung ingat,
anaknya tadi siang baru saja menghabiskan tiga botol teh yang dibungkus
dalam berbagai kemasan dan merk ini. Celaka!

Ya, selama ini orang menganggap Teh Botol Sosro dibuat dari daun teh
alami seperti yang diiklankan. Nyatanya itu semua bohong, daun teh
hanyalah sebagian kecil dari bahan utama. Hidroxylic acid lah yang
bertahun-tahun telah dipakai sebagai bahan utama teh botol sosro,
sehingga menyebabkan teh ini terasa lebih enak daripada merk-merk lain.

Scientist dari seluruh Universitas terkenal di Amerika sepakat, tanpa
kita sadari hydroxylic acid sudah menguasai industri makanan. Dengan
adanya hydroxylic acid, rasa pahit yang sering muncul bila kita memakai
pemanis buatan bisa hilang tidak bersisa. Nyaris tidak ada makanan dan
minuman olahan yang tidak disentuh bahan ini. Dalam batasan wajar
memang
bisa berguna bagi tubuh kita, dan tubuh kita punya mekanisme untuk
menetralisir kelebihan zat ini. Namun begitu melebihi ambang batas,
tidak
ada satupun manusia yang bisa selamat.

Gejala kelebihan hydroxylic acid meliputi pusing, diare, pecahnya
sel-sel
tubuh (plasmolisis) , bahkan jika konsentrasinya di dalam tubuh naik
signifikan, bisa menyebabkan rusaknya sel batang otak (neurolisis) dan
kematian mendadak. Hal ini telah memusingkan banyak petugas medis di
dunia. "Sedetik saja gejala kelebihan ini terlambat ditangani, nyawa
pasien melayang," jawab Dr. Priyadi Handoko, ahli kesehatan dari IKDN.
Kalau sudah begini, pengobatannya bisa sampai jutaan rupiah. Lalu
mampukah orang-orang seperti Marini menyembuhkan anaknya?

Yang membuat masalah ini jadi runyam adalah tidak adanya regulasi
pemerintah tentang penggunaan hydroxylic acid dalam industri.
Pemakaiannya tercampur baur. Data menunjukkan bahwa sebagian besar
industri berbahaya memakai Hydroxylic acid. Reaktor nuklir, pabrik
pupuk,
pewarna tekstil, semua memakai bahan yang termasuk kategori senyawa
kuat
ini dalam konsentrasi tinggi.

Bahkan beberapa tahun belakangan hydroxylic acid juga dipakai sebagai
agen reaktif dalam pengangkatan minyak bumi. Dengan bantuan hydroxylic
acid, sumur-sumur tua bisa kembali berproduksi.

Saat dihubungi, Humas PT Sosro tidak berkomentar banyak. "Kami sudah
menggunakannya secara bertanggung jawab. Seluruh lini produk Teh Botol
Sosro sudah lewat pengawasan badan POM". Masalahnya, berapa kadar
hydroxylic acid dalam makanan yang bisa dianggap bertanggung jawab?
Kenapa selama ini terkesan ditutup-tutupi dari sorotan publik? Saat
pertanyaan itu diajukan, "Brak!", telepon dibanting.

Hydroxylic acid adalah simbol keangkuhan industri besar makanan.
Penggunaannya tidak melalui transparansi yang jelas. Bahkan bahayanya
tidak pernah diumumkan ke masyarakat.. Tutup matanya pemerintah
terhadap
isu ini wajar jika menimbulkan kecurigaan, berapa besar dana gelap yang
sudah mengalir untuk menyembunyikan bau busuk isu hydroxylic acid? Merk
apa saja yang sudah nekat memakai hydroxylic acid demi mendapatkan
keuntungan besar?

Kini anak Marini masih tergolek di tempat tidur dengan menangis. Marini
bingung, apa yang harus dilakukan sekarang. Untuk mengobati kecanduan
anaknya, dia tidak punya biaya..